Jumat, 30 Oktober 2015

Avatar

Bayangkan sekarang kamu berdiri di tengah sebuah perang. Pertanyaannya bukan lagi bagaimana harus menang, tapi berubah menjadi bagaimana kau bisa tetap hidup.

Kakiku mungkin sedang menginjak bumi. Tapi bisa saja alam bawah sadarku memvisualkan negeri anta berantah dengan pemandangan menyejukkan. Aku masih bisa membaui padang rumput keemasan yang terbakar matahari. Masih ingat birunya langit dan kencangnya angin yang menerpa wajahku. Jalanan yang tidak rata menuju bukit kecil di sana, aku lewati dengan tergesah-gesah. Aku tidak ingat bagaimana aku bisa tiba di sana. Namun begitu menemukanmu di bawah pohon Oak tua, berdiri mematung tanpa sepatah kata apapun, entah mengapa aku merasa lega.



Kemudian aku sadar kita tidak sedang berada di dunia tanpa ujung. Bukan tempat dimana hukum sebab akhibat tidak diberlakukan. Ketika aku menerima bunga-bunga cantik, yang kau harapkan adalah kemasyuran. Tidak ada kata kebaikan hati walaupun ada niat untuk mengikhlaskan. Serakah bukan dosa, ketika perkara nafsu dijadikan pemicu untuk membangun dunia. Untuk memupuk harap. Agar ketika pohon Oak tempatmu bernaung sudah tidak mampu mempertahankan akarnya, kau bisa lari bersamaku. Menemukan tempat lain yang lebih indah. Atau memilih menanam benih yang kau pilih di dekat tanahmu, agar tidak usah malu pada ilalang yang dulu kau sombongkan kalau kayulah yang lebih rupawan.

Tidak perluh aku kabur. Karena aku tau itu tidak ada gunanya. Aku, orang asing yang tiba-tiba datang ke duniamu hanya beruntung saja menemukan kunci. Jadi ketika aku terjebak antara membantumu pergi dari sana atau menolongmu memupuk benih yang kau semai, aku memilih menetap dalam duniaku. Menerima kenyataan dan terbangun dari mimpi. Walau sekarang aku masih berdiri di dekat pohon Oak yang masih hijau daunnya. Walau sekarang kakiku siap pergi tapi tanganku masih penuh dengan tanah yang kau keruk. Kita tau alam ini tidak akan bertahan lama. Ego akan membangunkanku pada kenyataan. Bahwa potret yang kusanding saat berjalan melewati jalan setapak, menyisir padang rumput keemasan, bermain-main layangan di musim berangin, adalah virtual dari bawah sadarku untuk bahagia.

Seandainya aku bertemu lagi denganmu. Dan kita sama sama berdiri berhadapan. Membawa senjata masing-masing, untuk bertempur. Tidak masalah kita berada dipihak yang sama atau tidak. Yang kita perjuangkan dalam perang ini ada dalam hati kita masing-masing. Lirik genderang perang tidak ada urusan dengan ambisi dalam hati kita. Itulah mengapa aku masih sanggup berdiri di hadapanmu. Suka atau tidak suka, aku harus ikut dalam sandiwara ini. Kau punya maksud, akupun juga. Entah nanti apa aku bahkan bisa membunuh satu dari musuhku. Dan mendapat kemenangan dan dieluh eluhkan raja yang notabennya hanya penonton. Yang aku tau sekarang hanya satu. Siapa saja bisa membunuhku di tempat ini. Termasuk kau.

Maka instingku akan menggiringku untuk tetap hidup. Artinya jika aku tidak sanggup untuk membunuhmu, aku akan membunuh semua orang di pihakmu. Sebab aku tidak akan bisa kabur. Tidak juga bisa membuatmu mati. Tidak juga sanggup membiarkan orang di pihakku menyakitimu. Aku ingin kau ketakutan. Sampai akhirnnya kau berlari dan menjauh. Kau boleh menang, tapi aku tidak boleh mati. Aku hanya harus terus hidup. Jadi apabila posisi kita terbalik. Aku berharap kau melakukan hal yang sama. Bunuhlah semua orang di sisiku. Buat aku ketakutan. Dan lebih memilih berlari untuk hidup daripada mati di tangan orang lain.

Ini hanya permainan. Sandiwara yang kita pilih untuk dilakoni. Bersenang-senanglah. Kau boleh benci atau mencinta. Tapi jangan mati. Agar kau tidak lupa meluangkan waktumu untuk mengingat saat yang kita habiskan di bawah pohon Oak. Bersama ilalang, dan dengan angin-angin yang menggoda anak-anak rambutmu untuk kubelai dalam pangkuan. Jadi ketika kau berniat meletakan senapanmu di kepalaku dan bersiap menarik pelatuk, alam bawah sadarmu akan membangunkanmu dari mimpi buruk. Mengembalikanmu pada kenyataan. Kemudian mendorongmu berlari, mencariku, mememukanku, dan membuatku mengingatmu. Orang yang telah aku cintai.

8 komentar:

  1. Never bad :")
    Love this one!!!♡♡♡

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih masih mau mampir. Lama fakum, pengen nulis cerpen aja. Gaya bahasannya ganti nih. Aneh nggak?

      Hapus
  2. waw.. diksi dan majasnya keren.. kyanya mustahil aku bisa nulis kaya gini :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Arigatou Gozaimasu Bang Abel. Terima kasih masih sudi mampir. Enggaklah pasti bisa, lebih malah, wong bang abel kok. Kasih link juga tulisan tulisan abang, biar sama-sama koreksi diri :)

      Hapus
  3. Balasan
    1. Terima, kasih... :) . Blognya juga di update cak.

      Hapus
  4. Manusia imajinatif mesti kreatif :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakaka... makasih. Aku emang kreatif, tapi aku bukan makhluk imajiner loh ya (kesalahan baca terletak pada mata saya)

      Hapus