Orang bilang, yang mirip itu berjodoh.
Seperti berdiri di depan cermin, aku melihatmu dalam batas kaca tipis. Perangaimu mengingatkanku pada muda yang sudah lalu. Pada pagi yang telah terlewat. Kau berdiri menantang ombak tinggi. Lupa karang yang memperingatkan dasyatnya lautan. Menarikku pada pusaran arus waktu. Mengembalikan memori dalam tiap butiran pasir yang kita pijak.
Kita bisa, berbicara tentang banyaknya bintang dalam satu lubang sedotan yang kau intip. Kita bisa, menjabarkan alogaritma bilangan biner yang bahasannya hanya seputar 0 dan 1. Tapi yang asing tak boleh terbiasa. Supaya masih ada jarak yang bisa dipandang. Agar masih ada tanya dibelakang koma.
Karena kata orang, yang sama itu tak akan bisa menyatu.
Kita telah terpisah dalam peran kursi depan dan kursi belakang. Jarak yang kau buat dalam imaji seorang tuan putri. Tidurmu tak butuh dibangunkan ksatria, walaupun tak sampai semeter di depanmu ada pangeran kodok mengintip dari spion.