terlalu jauh untuk ku lihat dari bumi yang kecil...tapi burung yang lebih kecil itu diperbolehkan terbang di sana. Kalau begitu bagaimana aku bisa merasa se egois ini untuk kabur. kenapa aku semunafik ini untuk menghindar... arrgghh....dasar bodoh. kenapa aku harus lari ? apa yang sebenarnya ada di pikiran ku sih...
aku semakin menenggelamkan tubuhku dalam rumput yang tumbuh hijau di belakang istana. Bajuku sudah setengah compang-camping untuk ukuran seorang cendekiawan perpustakaan istana yang seharusnya menjaga penampilan. aku meniup rambut yang terurai di depan wajah ku. Kemudian bangkit dan kembali membuka tiap lembaran buku tua yang khusus ku cari untuk proyek selanjutnya Tuan Gillbert. BLUUUSSS.....
entah kenapa wajah ku seketika memanas walau hanya membatin namanya. Orang itu memang sudah menjadi momok yang menakutkan untuk ukuran orang seperti ku. Seorang Ilmuwan muda yang tampan dan ramah, sebuah kepribadian yang hampir sempurna untuk ukuran pekerja di istana seperti kami. aku selalu saja hampir pingsan saat menatap mata hijau nya yang hangat. benar-benar seperti tenggelam dalam danau hijau yang tenang.
aku langsung menggeleng-gelengkan kepala sadar dengan pikiran ku yang mulai kacau. aku langsung menepis pikiran bodoh ku tadi dan mencoba kembali berkonsentrasi. tapi belum sempat aku membaca satu huruf pun, tiba-tiba ratusan bunga aster kuning mengguyur di atas kepalaku. Aku menyipitkan mata ke arah seorang pemuda yang kini tertawa di depan ku. Aku tau benar kenapa dia masih melakukan keisengan kekanakan seperti ini. Dan aku terlalu lelah untuk meladeni permainan konyolnya ini.
"haha...seorang cendekiawati memang kurang cocok dengan bunga. kau tampak kacau Auria"
Aku menghembuskan nafas panjang kemudian bangkit. Tubuhku kubungkukkan sedikit sebagai salam penghormatan sesuai formalitas istana.
"Salam, Yang Mulia Rigas. Seharusnya saya yang bertanya demikian. Seorang Pangeran tak seharusnya berjalan-jalan di pekarangan kecil kebun istana yang kotor." Rigas hanya tersenyum kecil saat mendengar sindiran ku. dia mendekat dan langsung menjatuhkan tubuhnya, duduk tepat disamping aku berdiri.
"Aku mencarimu Auria. Dan sudah ku bilang, jangan panggil aku seperti itu !"
aku melunak dan kembali duduk di sampingnya. aku tau kenapa dia mencari ku. masalah yang sama yang membuatnya uring-uringan beberapa hari ini.
"Aku tidak bisa mengelak kalau kau pangeran dan aku rakyatmu..."
"Berhenti membahas itu, Auria... atau kau mau aku mundur dari kerajaan sekarang juga?"
aku sempat terkejut dengan pernyataan tiba-tiba dari Rigas. aku tau dia lelah dengan tugas istana dan beberapa masalah yang datang belakangan ini. tapi perkataannya kali ini keterlaluan.
"Kau yang harus berhenti bicara konyol, Rigas!" Mata Biru Rigas langsung menatapku dalam. cukup lama sampai senyumnya mengembang.
"Aku lebih suka kau memanggilku begitu, jangan memanggilku dengan kata itu lagi ya burung kecil..." aku langsung cemberut, sadar kalau aku di bodohi. hah, benar-benar menyesal aku mengkhawatirkannya tadi.
"Kau ini...beraninya kau.. ah, sudahlah. Sekarang kenapa kau ke sini pangeran kurang kerjaan. Bukannya nanti malam akan ada pestamu yang berharga ?" Rigas langsung menampakkan wajah masamnya. kemudian dia menoleh ke arahku, menatap dengan tatapan dalam.
"Auria... bisa kah kau menolongku ?"
aku sempat terkejut. tidak pernah sekalipun Rigas meminta bantuan kepadaku, bahkan sampai urusan mencari buku yang sebenarnya tidak pernah ia sukaipun, dia tidak akan minta bantuanku. tapi kenapa sekarang tiba-tiba...
kami masih bertatapan cukup lama. ada sesuatu dalam matanya yang masih tidak aku mengerti. Tapi belum sempat aku memahami itu, dia memalingkan wajah. kembali menatap langit biru di atas sana. dan kemudian matanya menutup.
"Aku mohon...bantu aku kabur malam ini... dan aku ingin kau pergi jauh ke suatu tempat, secepatnya, Auria..." DEKK... Hampir aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Rigas kini membuka matanya dan kembali menatapku yang membeku di tempat.
"Setelah aku pergi malam ini berjanjilah padaku kau harus pergi ke kerajaan selatan dan menjauh dari daerah utara. Dan jangan berusaha untuk mencari atau menghalangiku..." aku masih menatap Rigas dengan pandangan nanar tidak percaya. semua yang ia katakan terdengar seperti ucapan bodoh yang di karang seorang pangeran kurang waras. apa sih maksudnya mengatakan ini semua ? ini benar-benar tidak masuk akal !
"Kau gila ?! kenapa kau melakukan ini, Gas ? apa karena perjodohan ini ? Putri Saphira putri yang baik dan cantik. kau tidak seharusnya membuat hatinya terluka."
"Aku melakukan ini karena hal lain, Auria, percayalah. aku tidak yakin setelah perjodohan ini aku akan diperbolehkan pergi, dan semua akan semakin terlambat. jadi..."
"Dan membiarkan Putri Saphira sendiri dan menanggung malu ?" Rigas langsung terdiam. ada raut keraguan dalam wajahnya. Mata birunya hampir seperti tenggelam dan membuat nya tampak merasa bersalah. tapi dia sudah mengambil keputusan. dan dia tidak ingin sedikitpun merubah rencananya.
"Ini akan sia-sia. Aku tidak pernah menyetujui perjodohan ini dan aku tidak punya perasaan apapun pada Saphira. Jadi meskipun aku pergi, selama aku belum berikatan, aku tidak akan bersalah." aku hampir tidak percaya dengan jalan fikiran Rigas. setega inikah temanku ini ? membiarkan seseorang yang berminggu-minggu menyiapkan pesta ini, datang dan mendapati sang pangeran kabur begitu saja ?
"Kau... arhg...jangan harap aku akan mau menuruti keinginanmu. jika kau tidak datang di pesta malam ini jangan harap aku mau lagi jadi temanmu." aku langsung berniat pergi saat itu juga. tapi tiba-tiba Rigas menarik tanganku dan menahanku.
"Tolonglah... jangan buat aku semakin bingung... bantu aku menyelesaikan semua ini... aku tidak mau keperjodohan itu dan tidak mungkin mau kehilanganmu..." aku sudah lelah dengan sikap kekanakan Rigas. aku juga bingung, mengapa anak seperti dia bisa menjadi putra mahkota.
"Kalau kau memang mau pergi ucapkan sendiri pada Yang Mulia Raja dan putri Saphira. bukankah itu lebih baik. jadi kau bisa menghilang semau mu tanpa membuat malu siapa pun. sekarang lepaskan aku. aku masih harus bekerja."
"Auria ku mohon...." cengkraman tangan Rigas semakin menguat. aku hampir tidak bisa melepaskannya. kali ini entah kenapa dia terlihat bersungguh-sungguh. tapi aku juga tidak bisa tinggal diam melihat kerajaanku menanggung malu karena pangeran bodohnya.
"Aku bilang aku harus pergi sekarang ! Dan kau juga harus pergi Rigas, aku tidak akan memaafkanmu kalau kau tidak datang nanti malam." Rigas membatu, termenung tak bisa berkata apapun. Aku sempat berfikir ingin pergi dan meninggalkannya di sini sendiri. tapi ternyata Rigas tak membiarkanku.
"Aku akan datang nanti malam. tapi berjanjilah setelah itu kau akan pergi ke kerajaan selatan dan jangan pernah mencariku setelah itu..." DEKK....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar